13/05/2025
×
×
Today's Local
13/05/2025
Tutup x

Mengolah Sampah Organik dengan Budidaya Maggot

Transformasi Toili Menjadi Kampung Hijau

Screenshot

BANGGAI, Metroluwuk – Di tengah hamparan sawah dan kebun di Desa Sentral Timur, Dataran Toili, Kabupaten Banggai, terdapat kisah inspiratif tentang bagaimana sampah rumah tangga bisa diubah menjadi sumber daya berharga. Berkat inisiatif dan inovasi dari sekelompok pemuda lokal, desa yang dikenal sebagai lumbung pangan Sulawesi Tengah ini kini telah bertransformasi menjadi kampung hijau yang mandiri dan berkelanjutan.

Dataran Toili, yang ekonomi utamanya bergantung pada pertanian dan peternakan, selama bertahun-tahun dihadapkan pada masalah sampah rumah tangga yang terus menumpuk. Minimnya tempat pembuangan akhir (TPA) dan rendahnya kesadaran masyarakat tentang pengelolaan sampah menyebabkan lingkungan desa sering kali terganggu oleh bau busuk dan pemandangan yang tidak sedap.

Binaan PT Pertamina EP (PEP) Donggi Matindok Field dan mereka mulai mengedukasi warga tentang pentingnya pengelolaan limbah organik.

Melihat situasi ini, Agung Dwi Pratama, seorang pemuda lulusan Fakultas Teknik Universitas Tadulako, merasa terdorong untuk mencari solusi. Pada tahun 2021, Agung mendirikan komunitas BSF Gen Toili yang berfokus pada pengolahan limbah organik menggunakan teknologi biokonversi Black Soldier Fly (BSF). Larva BSF dikenal mampu mengkonsumsi sampah organik dengan efisien dan mengubahnya menjadi biomassa yang berguna.

Di awal perjalanan, Agung dan tim BSF Gen Toili harus menghadapi skeptisisme dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat budidaya maggot. Namun, dengan tekad yang kuat dan dukungan dari berbagai pihak, termasuk PT Pertamina EP (PEP) Donggi Matindok Field dan Duta Digital Banggai, mereka mulai mengedukasi warga tentang pentingnya pengelolaan limbah organik.

Farm BSF Gen Toili kini memproduksi sekitar 300 gram telur BSF per hari, yang membutuhkan sekitar 1 ton sampah organik untuk menghasilkan 400-500 kg maggot setiap harinya. Maggot ini kemudian digunakan sebagai pakan ternak yang murah dan berkualitas tinggi, serta pupuk organik untuk tanaman.

Dampak Ekonomi dan Sosial Integrasi budidaya maggot dengan usaha turunan di bidang pertanian dan peternakan telah membawa dampak positif bagi ekonomi lokal. Anggota komunitas BSF Gen Toili yang berjumlah 15 orang kini tidak hanya mengelola sampah, tetapi juga mengembangkan peternakan ayam kampung, burung puyuh, ikan nila, lele. Mereka juga menanam berbagai jenis tanaman hortikultura dan palawija, yang semuanya memberikan sumber pendapatan tambahan bagi warga.

Program BU MAGGI (Budidaya Maggot Toili) yang dikembangkan BSF Gen Toili bersama Duta Digital Banggai mengajak masyarakat untuk aktif terlibat dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan berkelanjutan. Workshop, pelatihan, dan edukasi tentang pengolahan limbah organik secara rutin diadakan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan warga. Peran wanita dalam mencari penghasilan tambahan dari pekarangan rumah juga semakin diperkuat.

Visi Agung dan BSF Gen Toili adalah menjadikan komunitas mereka sebagai industri pakan ternak alternatif dan manajemen limbah terkemuka di wilayah Banggai, bahkan di tingkat nasional. Dengan potensi pasar yang luas, produk turunan dari maggot BSF diharapkan dapat berkontribusi pada berbagai sektor, mulai dari energi hingga kesehatan.

Kisah dari Dataran Toili ini.  adalah contoh nyata bagaimana inovasi dan dedikasi dapat mengubah masalah lingkungan menjadi peluang ekonomi yang berharga. Transformasi ini tidak hanya meningkatkan kualitas hidup masyarakat, tetapi juga menciptakan desa yang lebih hijau dan berkelanjutan. Dari sampah menjadi berkah, Desa Sentral Saru kini berdiri sebagai kampung hijau yang menginspirasi.