Terima Kasih, Program Satu Juta Satu PekaranganLadang Harapan bagi Perempuan Desa
Mengubah Pekarangan Jadi Ladang Harapan

Share This Article
Di sebuah desa kecil di Kabupaten Banggai, Desa Gunung Keramat, pagi itu suasana begitu hidup. Sekelompok perempuan mengenakan topi jerami berkumpul di halaman rumah seorang warga. Mereka adalah anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Lestari, ibu-ibu tangguh yang siap belajar sesuatu yang baru—budidaya cabe rawit.
Dua tahun yang lalu, Sinta, salah satu anggota KWT, tidak pernah membayangkan hidupnya akan berubah. Ia hanya ibu rumah tangga yang sehari-harinya mengurus rumah dan anak-anak. Namun, semenjak ada Program Satu Juta Satu Pekarangan (SJSP), hidup Sinta dan banyak perempuan lain di desanya mulai berubah. Program ini membawa harapan baru bagi mereka yang sebelumnya hanya mengandalkan penghasilan suami. Kini, pekarangan rumah yang dulunya hanya ditanami tanaman hias mulai dipenuhi aneka tanaman produktif, termasuk cabe rawit yang kini menjadi fokus utama.
Pada pagi itu, Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (TPHP), datang untuk mengadakan Bimbingan Teknis (Bimtek) kepada mereka. Kabid Hortikultura.
Choirul Ashari Mambuhu kepada media ini (9/9), dia menjelaskan dengan antusias tentang langkah-langkah menanam cabe rawit, mulai dari pemilihan benih, penyiapan lahan, hingga teknik pemupukan yang baik. Tidak hanya itu, Choirul juga memberikan tips pemasaran produk, seperti bagaimana membuat label yang menarik dan strategi penjualan online.
“Jangan takut mencoba hal baru, ibu-ibu. Ini kesempatan kita untuk mandiri secara ekonomi,” kata Choirul di tengah sesi pelatihan.
Sinta mendengarkan dengan seksama. Dia merasa terinspirasi oleh semangat Choirul dan dukungan yang diberikan oleh Dinas TPHP. Program ini seolah memberikan napas baru bagi Sinta dan anggota KWT lainnya. Tidak hanya soal menanam cabe rawit, tetapi juga tentang bagaimana mereka bisa mengubah nasib mereka sendiri.
Setelah pelatihan, Sinta tidak sabar untuk mempraktikkan apa yang baru saja ia pelajari. Bersama anggota KWT Lestari, ia mulai menyiapkan pekarangannya. Dengan hati-hati, ia menanam benih cabe rawit di setiap sudut halaman rumahnya. Setiap pagi dan sore, ia menyiram tanaman-tanaman itu dengan penuh harapan.
Waktu berlalu, dan perlahan-lahan, tanaman cabe rawit mulai tumbuh subur. Bukan hanya kebun Sinta yang hijau, tapi pekarangan-pekarangan di seluruh desa juga berubah menjadi ladang-ladang kecil yang dipenuhi tanaman produktif. Tidak hanya di Gunung Keramat, program ini juga sukses di desa tetangga, Lembah Keramat, di mana KWT Dawung Lembah juga turut serta dalam program ini.
Hasilnya mulai terlihat. Cabe rawit yang mereka tanam mulai dipanen. Sinta dan teman-teman KWT lainnya mulai belajar bagaimana cara mengemas hasil panen mereka, memberikan label, dan menjualnya di pasar desa maupun secara online. Tidak jarang, mereka juga mendapatkan pesanan dari luar daerah, sehingga pemasukan pun bertambah.
Bagi Sinta, ini lebih dari sekadar keuntungan materi. Program SJSP telah memberdayakan perempuan seperti dirinya untuk berdiri di atas kaki sendiri. Kini, mereka tidak lagi hanya bergantung pada suami, tetapi juga mampu berkontribusi dalam keuangan keluarga. Bahkan, Sinta berangan-angan suatu hari nanti ia bisa mengembangkan usaha kecil-kecilan dari pekarangannya sendiri.
Di ujung hari yang sibuk, Sinta duduk di teras rumahnya, memandangi tanaman cabe rawit yang tumbuh subur. Di dalam benak dan hatinya, ada perasaan bangga dan harapan. Perasaan bahwa melalui program ini, perempuan bisa lebih berdaya, lebih kuat, dan lebih mandiri.
“Terima kasih, Program Satu Juta Satu Pekarangan,” gumam Sinta pelan, sambil tersenyum puas.
Dan seperti itulah, pekarangan kecil yang dulu sepi kini menjadi ladang harapan bagi Sinta dan banyak perempuan lainnya di Kabupaten Banggai.