Melestarikan Maleo: Misi DSLNG Menjaga Warisan Alam Sulawesi

Share This Article
BANGGAI, Metroluwuk – Di sudut timur Indonesia, jauh dari sorotan pusat-pusat kota besar, berdiri sebuah perusahaan yang dikenal luas karena perannya dalam industri energi: PT Donggi-Senoro LNG (DSLNG). Terletak di Kecamatan Batui, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, kilang gas alam cair ini menjadi pusat aktivitas energi strategis. Namun, di balik mesin-mesin industri yang beroperasi dengan ketelitian, tersembunyi sebuah kisah komitmen terhadap alam yang lebih luas dan dalam: upaya penyelamatan burung maleo, satwa endemik Sulawesi yang terancam punah.
Maleo bukanlah sekadar burung bagi Sulawesi. Dengan cangkang telur yang besar, paruh kekuningan, dan topi hitam yang mencolok di kepalanya, maleo telah lama menjadi ikon alam pulau ini. Maleo bertelur dengan cara yang tak biasa—telurnya ditanam di dalam pasir panas yang dipanaskan oleh sinar matahari atau panas bumi, dan ia tidak mengerami telurnya sendiri. Namun, ketergantungan maleo pada habitat yang spesifik menjadikannya rentan. Kerusakan hutan, perburuan liar, dan pengambilan telur telah mendorong burung ini menuju ambang kepunahan.

External Communication Supervisor, Rahmat Azis di temui pada Booth DSLNG, Kamis (19/9) mengatakan di tengah kekhawatiran itu, DSLNG mengambil langkah yang berani dan luar biasa. Pada 5 Juni 2013, bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, DSLNG meresmikan Pusat Konservasi Maleo, yang dibangun bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi. Ini adalah pusat konservasi ex-situ pertama di dunia yang didedikasikan untuk burung maleo. Proyek ini bukan sekadar pernyataan korporasi, tetapi wujud nyata dari komitmen DSLNG terhadap lingkungan dan keberlanjutan.
Menjaga dan mengembangbiakkan burung maleo adalah tantangan yang tak sederhana. Burung ini memerlukan kondisi lingkungan yang sangat spesifik untuk bertelur dan berkembang. Karena itu, upaya konservasi yang dilakukan oleh DSLNG tidak hanya melibatkan pelestarian habitat, tetapi juga menciptakan lingkungan buatan yang mampu meniru kondisi alami di mana telur maleo bisa menetas dengan aman.
Prosesnya melibatkan pembuatan inkubator khusus, yang berfungsi layaknya sarang alami di pasir yang dipanaskan oleh panas bumi. Dengan perhatian terhadap detail ini, telur-telur maleo yang diselamatkan dari ancaman di alam liar kemudian ditetaskan dengan tingkat keberhasilan yang semakin meningkat. Pada akhirnya, anakan maleo yang berhasil menetas akan dilepasliarkan kembali ke habitat aslinya.
Hingga 2024, Pusat Konservasi Maleo ini telah berhasil melepaskan 127 anakan maleo ke Suaka Margasatwa Bakiriang, Sulawesi Tengah. Suaka margasatwa ini menjadi salah satu tempat terakhir di mana populasi maleo masih bertahan. Namun, kontribusi DSLNG dalam pelestarian maleo tidak hanya berhenti pada pemeliharaan satwa tersebut. Mereka juga menanam ratusan pohon kemiri di sekitar area konservasi, yang menjadi sumber makanan utama burung ini di alam liar. Upaya ini bukan hanya menjaga keberlangsungan maleo, tetapi juga mendukung ekosistem yang lebih luas di sekitarnya.
Menghidupkan Harapan Baru
Keberhasilan DSLNG dalam pelestarian maleo tidak hanya mendapat apresiasi di tingkat lokal, tetapi juga di panggung internasional. Pada tahun 2013, upaya mereka diakui oleh Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) melalui sebuah penghargaan bergengsi. Pengakuan ini bukan hanya menjadi kebanggaan bagi perusahaan, tetapi juga bukti bahwa konservasi lingkungan dapat berjalan berdampingan dengan aktivitas industri.
Namun, bagi DSLNG, penghargaan ini hanyalah sebagian kecil dari tujuan yang lebih besar. Yang terpenting bagi mereka adalah memastikan bahwa maleo dan satwa-satwa lainnya dapat terus hidup di habitat alaminya, jauh dari ancaman yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Oleh karena itu, setiap anakan maleo yang dilepaskan ke alam liar adalah sebuah kemenangan kecil yang berarti besar bagi ekosistem.
Lebih dari sekadar program konservasi, DSLNG juga memberdayakan masyarakat lokal untuk turut terlibat dalam menjaga kelestarian maleo. Mereka sadar bahwa tanpa dukungan dari masyarakat sekitar, upaya pelestarian tidak akan bisa bertahan lama. Melalui pendekatan berbasis komunitas, DSLNG mengajak warga setempat untuk menjadi bagian dari solusi. Mereka dilibatkan dalam upaya penanaman pohon, pemantauan habitat, hingga sosialisasi tentang pentingnya menjaga satwa endemik.
Dalam ajang pameran Banggai Government Expo 2024 yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Banggai, DSLNG menampilkan keberhasilan program konservasi mereka sebagai bukti nyata dari kolaborasi antara industri, pemerintah, dan masyarakat. Expo ini menjadi panggung bagi DSLNG untuk menunjukkan kepada publik bahwa pelestarian satwa tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau lembaga konservasi, tetapi juga industri yang beroperasi di kawasan tersebut. DSLNG menunjukkan bahwa perusahaan energi pun bisa berperan penting dalam pelestarian lingkungan, tanpa mengesampingkan produksi yang berkelanjutan.
Melangkah Menuju Masa Depan yang Lestari
Ke depan, DSLNG berencana untuk terus mengembangkan inisiatif pelestarian maleo. Harapannya, jumlah maleo yang dapat dilepasliarkan akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Mereka juga berharap program ini dapat menjadi model bagi perusahaan-perusahaan lain yang beroperasi di kawasan dengan keanekaragaman hayati yang tinggi. Dengan menempatkan pelestarian lingkungan sebagai bagian dari tanggung jawab korporasi, DSLNG percaya bahwa masa depan yang lebih lestari dan seimbang dapat terwujud.
Bagi Sulawesi, burung maleo bukan hanya bagian dari alam, melainkan simbol dari keberanian, keunikan, dan daya tahan. Maleo adalah warisan yang harus dijaga untuk generasi mendatang. Dan dengan dedikasi DSLNG dalam upaya pelestariannya, burung ini memiliki harapan baru untuk terus hidup dan berkembang di alam liar. Di bawah naungan hutan tropis dan di tepi pantai pasir panas, maleo akan terus bertelur, berkembang, dan melanjutkan siklus hidupnya yang telah ada selama ribuan tahun.
Dengan segala pencapaian yang telah diraih, DSLNG bukan hanya menjadi penggerak dalam industri energi, tetapi juga penjaga warisan alam yang tak ternilai harganya. Mereka telah menunjukkan kepada dunia bahwa menjaga alam bukanlah pilihan, tetapi keharusan. Maleo, burung yang pernah terancam punah, kini terbang kembali, membawa harapan bagi masa depan Sulawesi yang lebih hijau dan lestari.