15/05/2025
×
×
Today's Local
15/05/2025
Tutup x

Perjuangan Sunyi Polisi Demi Suara Rakyat


Hutan Desa Baloa Doda, Kecamatan Pagimana, menyimpan kisah sunyi tentang perjuangan empat anggota Polres Banggai. Bukan hanya perjalanan melelahkan, tetapi sebuah amanah yang mereka emban dengan sepenuh hati: menjaga kotak suara Pilkada agar sampai ke PPK Kecamatan Pagimana. Tiga hari berjalan kaki menembus belantara, melawan dingin, panas, dan rasa takut, demi satu hal—menjaga harapan rakyat yang tersimpan dalam kotak itu.

Langkah mereka berat. Tak ada jalan kendaraan di wilayah ini. Medannya terjal, berlumpur, dan kerap kali menuntut mereka berjalan dalam kegelapan. Di bawah kanopi hutan yang rapat, mereka hanya ditemani suara serangga malam dan bayang-bayang kekhawatiran. Sesekali, mereka harus berhenti, mengatur napas di tengah kelelahan yang seolah tak berujung.

“Tidur di hutan sudah biasa,” ujar salah satu petugas. “Kami bergantian berjaga, memastikan kotak suara tetap aman. Karena yang kami bawa ini bukan sekadar kotak, tapi kepercayaan ratusan orang di desa.”

Namun, rasa takut bukan hanya datang dari gelapnya malam atau bunyi dedaunan yang bergerak samar. Mereka juga harus menghadapi rasa lapar saat perbekalan menipis dan kekhawatiran tersesat di jalur yang hanya mereka kenal seadanya. Tetap saja, mereka melangkah maju. Bagi mereka, menyerah bukan pilihan.

Kapolres Banggai, AKBP Putu Hendra Binangkari, mengenang perjuangan anggotanya dengan mata berkaca-kaca. “Bayangkan, tiga hari di hutan demi memastikan suara rakyat sampai dengan selamat. Mereka tidak hanya bertugas, mereka berjuang. Ini lebih dari sekadar kewajiban, ini adalah bentuk cinta mereka kepada negeri ini,” ucapnya.

Ketika akhirnya kotak suara tiba di PPK Kecamatan Pagimana, rasa lega bercampur haru menyelimuti. Petugas di sana menyambut mereka dengan pelukan hangat. Tapi di mata keempat polisi itu, ini bukan soal pencapaian. Mereka tahu, perjuangan ini adalah bagian kecil dari tanggung jawab besar yang mereka emban.

“Kami hanya berpikir, kalau suara rakyat hilang karena kami lengah, bagaimana kami bisa memaafkan diri sendiri?” ujar salah satu dari mereka lirih.

Di balik segala tantangan, mereka memilih untuk terus melangkah. Dalam perjalanan panjang itu, mereka belajar arti keikhlasan yang sesungguhnya—berkorban tanpa berharap kembali.

“Kotak suara telah sampai dengan selamat,” ujar AKBP Putu Hendra. “Dan bersama kotak itu, mereka membawa pesan bahwa keadilan dan demokrasi bukanlah hal yang mudah dijaga. Dibutuhkan hati yang tulus dan jiwa yang kuat.”

Kisah ini mungkin tak akan menjadi headline besar. Tapi di hati mereka yang mengetahui perjuangan ini, rasa hormat dan syukur tak akan pernah hilang. Di tengah hutan itu, di antara rimbunnya dedaunan, ada empat polisi yang berjalan dalam diam, membawa suara rakyat, dan membuktikan bahwa pengabdian sejati tak membutuhkan sorak sorai pujian.