14/05/2025
×
×
Today's Local
14/05/2025
Tutup x

Tatik Mengubah Stigma Perempuan Melalui Batik Sambiroto

Dukungan dari PT Pertamina EP Sukowati Field semakin memperkuat posisi Batik Sambiroto

Screenshot

BANGGAI, Metroluwuk – Desa Sambiroto,  Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro, selain terkenal dengan produk tahunya, kini juga dikenal sebagai pusat produksi batik tulis berkat kegigihan seorang guru TK bernama Tatik. Di tengah berbagai tantangan, Tatik berhasil membangun usaha batik yang memberdayakan ibu rumah tangga di desanya.

Tatik harus menghadapi kendala yang tidak sedikit dalam mengembangkan Batik Sambiroto. Keterbatasan modal dan akses pasar yang sempit menjadi hambatan besar. Selain itu, stigma masyarakat yang menganggap batik sebagai produk ketinggalan zaman semakin menyulitkan langkahnya. Namun, Tatik tidak menyerah. Ia yakin bahwa batik memiliki nilai ekonomi tinggi yang bisa mengangkat kesejahteraan desanya.

Dukungan dari PT Pertamina EP Sukowati Field

Desa Sambiroto memiliki sekelompok ibu-ibu yang terampil memproduksi batik tulis. Melihat potensi ini, Tatik bertekad untuk mengembangkannya. Ia mengikuti berbagai pelatihan dan sertifikasi, seperti Pembatik Tulis dari Badan Nasional Sertifikasi Nasional (BNSP) pada tahun 2020, Bimbingan Teknis IKM Bojonegoro tahun 2019, dan Pelatihan Keterampilan Masyarakat Berbasis Potensi Lokal tahun 2017. Dengan ilmu yang didapat, Tatik memperkuat keterampilan ibu-ibu di desanya.

Sebagai Ketua Kelompok Batik Kembang Sambiloto, yang merupakan binaan PT Pertamina EP Sukowati Field, Tatik aktif menjadi pembicara di berbagai pelatihan batik. Dukungan dari PT Pertamina EP Sukowati Field sangat membantu dalam menyediakan fasilitas dan bahan baku yang dibutuhkan. Meskipun usianya sudah 51 tahun dan berprofesi sebagai guru TK, semangatnya untuk membatik tidak pernah surut. Di sela-sela pekerjaannya, Tatik tetap aktif membatik dan menginspirasi banyak orang di Bojonegoro.

Pandemi COVID-19 membawa dampak besar bagi perekonomian masyarakat Desa Sambiroto. Banyak ibu rumah tangga kehilangan penghasilan karena suami mereka dirumahkan atau di-PHK. Pendapatan keluarga menurun drastis, rata-rata hanya Rp1.500.000 per bulan. Melihat kondisi ini, Tatik semakin tergerak untuk membantu. Dengan passion yang besar terhadap batik, ia mengajak ibu rumah tangga di desanya untuk belajar membatik.

Melalui pelatihan yang diadakannya, Tatik membekali para ibu rumah tangga dengan keterampilan baru yang tidak hanya dapat meningkatkan pendapatan mereka, tetapi juga memberikan harapan di tengah kesulitan. Batik yang dihasilkan oleh ibu-ibu Desa Sambiroto tidak hanya indah tetapi juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Tatik berharap stigma terhadap batik sebagai sesuatu yang ketinggalan zaman dapat berubah, dan produk batik mereka dapat dikenal lebih luas.

Tidak hanya menghadapi stigma terhadap batik, Tatik juga berjuang melawan stigma terhadap perempuan di desanya. Di masyarakat pedesaan, peran perempuan sering kali terbatas pada urusan rumah tangga. Namun, Tatik membuktikan bahwa perempuan juga bisa menjadi penggerak ekonomi dan agen perubahan. Dengan memberdayakan ibu rumah tangga melalui membatik, Tatik mengubah pandangan masyarakat tentang peran perempuan. Ibu-ibu yang sebelumnya hanya dianggap sebagai pelengkap rumah tangga kini menjadi tulang punggung ekonomi keluarga.

Kisah Tatik adalah bukti bahwa dengan semangat dan kerja keras, tantangan dapat diatasi, dan potensi lokal dapat dikembangkan menjadi sumber kesejahteraan. Keuletan dan dedikasi Tatik menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus melestarikan budaya dan memberdayakan masyarakat melalui kearifan lokal. Di bawah bimbingannya, batik Sambiloto tidak hanya menjadi kebanggaan Desa Sambiroto tetapi juga membuka jalan bagi masa depan yang lebih cerah bagi warganya.

Dukungan dari PT Pertamina EP Sukowati Field semakin memperkuat posisi Batik Sambiloto sebagai ikon kebanggaan lokal yang mampu bersaing di pasar yang lebih luas.