Berhasil, Program Satu Juta Satu Pekarangan Masih Jadi Prioritas AT-FM

Share This Article
BANGGAI, Metroluwuk – Program unggulan “Satu Juta Satu Pekarangan” yang digagas oleh pasangan calon bupati Banggai AT-FM, dipastikan akan tetap menjadi prioritas jika mereka terpilih kembali dalam Pilkada mendatang. Program ini dinilai efektif dalam membantu masyarakat kurang mampu untuk meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi tingkat kemiskinan di Kabupaten Banggai.
Salah satu bukti keberhasilan program ini dapat dilihat dari hasil panen bawang merah di Desa Tongkonunuk, Kecamatan Pagimana. Di bawah naungan Kelompok Tani (Poktan) Kalibosi, para petani sukses memanfaatkan pekarangan rumah mereka untuk menanam bawang merah. Hasilnya, bawang merah dari Tongkonunuk berhasil menembus pasar lokal dan menjadi komoditas yang diminati. “Ini menunjukkan bahwa pemanfaatan pekarangan bukan hanya untuk kebutuhan rumah tangga, tetapi juga berpotensi meningkatkan pendapatan dengan menembus pasar,” ujar Rosmini salah satu anggota Poktan Kalibosi.
Amirudin Tamoreka, dalam kampanye di Kecamatan Toili, menegaskan bahwa program ini akan terus dilanjutkan dan dikembangkan. “Sepanjang data Indeks Pembangunan Sosial (IPS) menunjukkan masih banyak warga yang berhak menerima, kami akan terus menjalankan program ini,” ujarnya. Pernyataan ini menegaskan keseriusan AT-FM untuk melanjutkan upaya yang telah terbukti memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Program Satu Juta Satu Pekarangan dirancang agar masyarakat dapat memanfaatkan lahan pekarangan rumah untuk menanam berbagai komoditas yang berguna dalam meningkatkan ketahanan pangan sekaligus sebagai tambahan pendapatan keluarga. “Dengan pekarangan yang dimanfaatkan secara optimal, kesejahteraan warga dapat meningkat secara bertahap, sejalan dengan visi kami untuk menciptakan Banggai yang lebih sejahtera,” tambah Amirudin.
Evaluasi penerima bantuan juga akan terus dilakukan guna memastikan bahwa hanya warga yang benar-benar membutuhkan yang dapat memanfaatkan program ini. AT-FM menyatakan, jika ada penerima yang dinilai sudah tidak layak, jumlah penerima akan dikurangi demi menjaga efektivitas dan akuntabilitas program. “Kami tidak ingin ada penyalahgunaan bantuan, oleh karena itu evaluasi terus-menerus sangat penting,” tegasnya.
Keberhasilan kelompok tani seperti di Desa Tongkonunuk menunjukkan bahwa program ini berpotensi besar untuk memperkuat perekonomian lokal. Diharapkan, semakin banyak warga yang dapat memanfaatkan program ini untuk mencapai kesejahteraan yang lebih baik.