Demi Pendidikan, Pelajar SMP 5 Ondo Ondolu Bertarung Nyawa Menyeberangi Sungai

Share This Article
BANGGAI, Metroluwuk – Di suatu sudut terpencil di Dusun 2, Desa Masungkang, Kecamatan Batui Selatan, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, terdapat sebuah kisah luar biasa tentang keteguhan dan semangat mereka berjuang untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
Mereka bersekolah di SMP 5 Dusun Batui, Desa Ondo Ondolu, Kecamatan Batui Selatan, tetapi perjalanan menuju sekolah mereka adalah perjuangan nyata yang mereka hadapi setiap hari. Harus berjuang menyeberangi sungai dengan arus yang cukup deras. Mereka menyeberangi sungai kala berangkat dan pulang sekolah setiap hari.
Jika musim hujan, air sungai naik dan arusnya semakin deras. Kondisi ini kerap membahayakan nyawa anak-anak yang menyeberang untuk bersekolah. Sudah ada korban jiwa meninggal, anak sekolah terseret arus sungai dan warga saat menyeberang.
Jika banjir, mereka tak bersekolah. Kondisi demikian, sudah bertahun-tahun mereka alami tanpa akses jembatan. Alternatif jalur dilalui tanpa menyeberangi, mereka harus melewati hutan, memutar ratusan kilo meter. Sementara menyeberangi sungai hanya melewati sekitar 20 Kilo Meter.
Senin, 11 September 2023, hujan deras dan banjir melanda sungai yang sabar hari mereka lalui. Pantang tak bersekolah, mereka memaksakan diri untuk untuk tetap bersekolah. Sekalipun mereka tidak menggunakan seragam, karena pakaian sekolahnya terbawa hanyut banjir.
Mengatasi Rintangan dalam Perjalanan Pendidikan Anak-anak ini terlahir di lingkungan nan indah, tetapi terpencil. Mereka diperhadapkan dengan kondisi alam untuk menempuh perjalanan yang sulit demi mencapai pendidikan mereka. Jalur menuju sekolah mereka melibatkan petualangan yang mengharuskan mereka melewati hutan lebat dan sungai berarus deras.
Tak ada jembatan yang aman untuk menyeberangi sungai ini, sehingga mereka harus mengandalkan tali sebagai alat untuk melintas dan bahkan harus berenang jika diperlukan. Meskipun cuaca buruk dan kondisi sungai yang berubah-ubah, semangat mereka untuk mendapatkan pendidikan yang pantas tidak pernah pudar.
Jalur ini tak pernah ada jembatan. Padahal, jembatan walau hanya sebatas jembatan gantung saja sangatlah dibutuhkan menuju kota, mengangkut hasil bumi dan bersekolah.
Tekad Tak Tergoyahkan
Salah satu siswa, Rizal dengan tekad berkata, “Kami menyadari bahwa perjalanan ini penuh risiko, tapi pendidikan adalah kunci bagi masa depan kami. Kami bersedia melakukan apapun demi kesempatan ini,” ungkapnya lirih.
Semangat yang sama juga ditemukan pada siswa-siswa lainnya yang menjalani perjalanan serupa. Mereka memiliki kegigihan dan tekad yang luar biasa, dan itu tercermin dalam kerelaan mereka untuk menghadapi risiko demi pendidikan mereka.
Harapan pada Perubahan
Sampai saat ini Pemerintah Kabupaten Banggai melalui Dinas Pekerjaan Umum, hanya bisa meninjau dan mengukur. Itu pun berlalu dua tahun silam. Ini hanya sebatas perjanjian untuk diperbaiki, namum sampai sekarang tidak ada tindakan. Aksesibilitas ke sekolah dengan membangun jembatan yang aman, proyek tersebut masih dalam tahap perencanaan.
Ini berarti bahwa anak-anak ini harus terus bertaruh nyawa setiap hari untuk mengejar impian mereka. Namun, mereka tidak pernah kehilangan harapan. Mereka berharap agar kisah inspiratif mereka dapat memicu perubahan positif yang lebih cepat dan memberikan akses pendidikan yang aman bagi semua anak-anak di daerah ini.
Kisah anak-anak SMP di Batui Selatan adalah pengingat penting bahwa pendidikan adalah hak dasar setiap anak, dan bahwa ada banyak tantangan yang harus dihadapi oleh anak-anak di daerah terpencil.
Melalui tekad dan semangat mereka, mereka meninggalkan pesan yang kuat tentang pentingnya pendidikan dan ketahanan dalam menghadapi rintangan. Semoga kisah mereka menginspirasi perubahan yang diperlukan dan membuka pintu bagi masa depan yang lebih baik bagi semua anak-anak di seluruh Indonesia.
Satria, adalal petani setempat sekaligus orang tua, tiap kali mau ke kota kecamatan harus berpikir dua kali, Bukan hanya soal sekolah, ketiadaan jembatan penghubung juga langsung mengganggu ekonomi masyarakat di Dusun II, Desa Masungkan. Kesulitan yang langsung dirasakan warga adalah ketika akan mengangkut hasil perkebunan mereka ke pasar.
Satria (58), perjuangan ini, selain membahayakan keselamatan mereka, juga mengganggu kondisi ekonomi keluarga.
“Kita harus mengantar hasil tani, tapi menunggu arus sungai, kadang pagi arusnya tinggi dan sangat deras, maka kita menunda mengangkut hasil tani itu,” ungkapnya.
Katanya, perjalanan yang memakan biaya tinggi jalur menuju sekolah mereka melibatkan perjalanan melintasi sungai yang tidak aman.
“Anak-anak ini harus menggunakan tali sebagai alat untuk menyeberangi sungai dan bahkan harus berenang jika perlu. Selain risiko keselamatan, perjalanan ini juga memakan biaya tinggi,” paparnya dengan kisah sedih.
Orang tua anak-anak ini harus mengeluarkan uang untuk membeli peralatan keselamatan, seperti tali dan pelampung, serta biaya lainnya, seperti transportasi tambahan.
Gangguan pada ekonomi keluarga sangat dirasakan. Kondisi ekonomi keluarga anak-anak ini telah terganggu oleh perjalanan mereka yang mahal ini. Biaya yang terus-menerus untuk memastikan keselamatan anak-anak mereka telah mengurangi pendapatan keluarga mereka.
Beberapa keluarga telah menghadapi kesulitan ekonomi yang signifikan dan harus mengorbankan kebutuhan lainnya, seperti makanan dan perawatan kesehatan.
Meskipun kondisi ekonomi mereka terganggu, anak-anak ini tidak pernah kehilangan tekad untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Mereka menyadari bahwa pendidikan adalah kunci untuk meningkatkan perubahan ekonomi keluarga mereka di masa depan, dan mereka bersedia melakukan segalanya demi itu.
Kesehatan Terganggu
Selain perjuangan mereka menyeberangi sungai setiap hari untuk mencapai sekolah, kondisi kesehatan mereka juga menjadi perhatian serius.
Jalur menuju SMP 5 Dusun Batui Desa Ondo Ondolu, tempat mereka bersekolah, memaksa mereka untuk melewati hutan belantara dan sungai yang berarus deras.
Tidak ada jembatan yang aman untuk menyeberangi sungai ini, sehingga anak-anak ini menggunakan tali sebagai alat bantu dan bahkan harus berenang jika perlu. Kondisi cuaca yang tidak menentu dan air sungai yang keruh menambah risiko dalam perjalanan mereka.
Ketika berbicara tentang kesehatan, anak-anak ini sering kali terpapar kondisi cuaca ekstrem seperti hujan dan panas yang dapat memengaruhi kesehatan mereka.
Mereka juga berisiko terpapar infeksi dari air sungai yang tidak selalu bersih. Kasus penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan, dan demam menjadi lebih umum di antara anak-anak ini.
Selain dampak fisik, perjalanan berbahaya ini juga memberikan tekanan emosional pada anak-anak tersebut. Mereka harus mengatasi kekhawatiran dan kecemasan terkait perjalanan mereka yang berisiko setiap hari.
Hal ini dapat memengaruhi kesehatan mental mereka dan konsentrasi dalam belajar. Meskipun pemerintah setempat berjanji untuk memperbaiki aksesibilitas ke sekolah dengan membangun jembatan yang aman, proyek tersebut masih dalam tahap perencanaan. Anak-anak ini berharap bahwa perubahan positif ini akan segera terwujud, sehingga mereka dapat memiliki akses yang aman ke pendidikan tanpa harus mengorbankan kesehatan mereka.