15/05/2025
×
×
Today's Local
15/05/2025
Tutup x

Efektivitas Program CSR JOB Tomori Dipertanyakan DPRD Banggai


BANGGAI – Joint Operating Body Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi (JOB Tomori), perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) SKK MIGAS yang bergerak dalam eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi di Blok Senoro-Toili, telah beroperasi selama 20 tahun. Selama periode tersebut, berbagai program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilaksanakan oleh perusahaan ini diklaim telah menunjukkan keberhasilannya di masyarakat. Namun, efektivitas program CSR yang di internal JOB Tomori disebut comdev (community development) dipertanyakan oleh sejumlah pihak.

Wakil rakyat Parlemen Teluk Lalong mengungkapkan keraguan terhadap program tersebut. Ibrahim Darise, Sekretaris Komisi I DPRD Banggai, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi I DPRD Banggai bersama sejumlah OPD Pemda Banggai, manajemen JOB Tomori Sulawesi, perwakilan manajemen PT PDSI, serta masyarakat dari Aliansi Masyarakat Lingkar Proyek, mempertegas keraguan ini. RDP tersebut berlangsung di salah satu ruang rapat DPRD Banggai pada Rabu (5/6/2024).

RDP yang dipandu Wakil Ketua Komisi I, Suparno, dan dihadiri oleh Iswan Kurnia Hasan, Ibrahim Darise, serta Bachtiar Pasman, menanggapi aduan dari Aliansi Masyarakat Lingkar Proyek. Aliansi ini mengadukan JOB Tomori dan kontraktornya PT PDSI atas beberapa masalah, termasuk rekrutmen tenaga kerja dan kerusakan infrastruktur akibat aktivitas proyek pengembangan Senoro Selatan dan pembangunan jaringan pipa.

Ibrahim Darise menyatakan bahwa program CSR yang dikelola JOB Tomori hanya menyasar kelompok-kelompok tertentu. “CSR dikelola perusahaan sendiri. Seharusnya pengelolaannya profesional dan proporsional,” ungkapnya.

Menurut Ibrahim, pengelolaan program CSR oleh pihak perusahaan bukanlah masalah, asalkan manfaatnya berkesinambungan dan tidak hanya dapat dinikmati sesaat. “Saya belum pernah dengar warga yang mendapatkan bantuan program CSR itu sukses. Mulai dari nelayan, peternak, dan petani, tidak ada yang sukses,” kritik Ibrahim.

BACA  Masyarakat Desa Watutau Geruduk Kantor Komnas HAM RI Perwakilan Sulawesi Tengah

Wakil rakyat yang dikenal vokal ini menilai bahwa keberhasilan yang diraih oleh perusahaan adalah program Burung Maleo. “Sukses yang ada itu Maleo. Taruh di kandang, lalu difoto-foto, tapi itu tidak bisa dimakan oleh warga,” sindirnya lagi.

Jika program CSR yang digelontorkan menggunakan anggaran perusahaan dengan nilai besar tidak sukses, maka hal itu hanya akan menimbulkan kerugian tanpa dampak nyata terhadap masyarakat.